Widget HTML Atas

Dosen, Siapa Mereka ?

Artikel ini hanya tulisan dan ungkapan kecil dari realita yg saya hadapi awalnya teinspirasi dari tingkah dan gaya dosen-dosen pengajar saya dikampus , namun artikel ini tetap tidak bertujuan untuk mendiskreditkan, jangan dianggap postingan ini tidak menghargai mereka-mereka
yah anggap aja belajar kritis ya .., dari suara2 hati mahasiswa/i yg paling dalam dan tersimpan untuk belum saatnya dibuka-buka ....He


Jika tuan dan puan, brotha dan sista  termasuk orang yg  beruntung dan pernah ngalami kuliah atau saat ini masih kuliah, baik swasta ataupun negri, tuan dan puan pasti tau apa itu dosen.

Mudahnya dosen adalah pegawai universitas atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab mengajarkan mata kuliah tertentu kepada mahasiswa setiap semesternya.

Lebih panjang lebar, menurut terjemahan yang dengan mudah bisa anda lihat di wikipedia via ‘yang mulia Google’, “…Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat…”, Gitu katanya.
Kalo belum puas, bisa juga dirujuk Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tapi gak perlu detil-detil amat, yang penting kita sama-sama tau apa itu dosen.
Toh, dari pengertian di benak kita masing-masing , kita gak akan saling salah tapsir. Dalam pandangan saya, secara ekonomi dan status sosial, saya kira dosen cukup mapan dan dipandang.

Setidaknya setelah ditetapkan peraturan presiden republik Indonesia no 59 tahun 2006, soal tunjangan bagi dosen itu.
Apalagi di lingkungan perumahan, (kalo rumah dosen itu tidak di perumahan dosen) biasanya dosen ini selalu dirujuk dalam aneka kegiatan kampung, ya karena penilaian unsur intelektual dalam profesinya.

Selain itu dosen tampak cukup keren, meskipun datang ke kampus cuma melecut motor bebek 4 tak, atau sedan tua.

Betapa tidak, dialah yang menguasai kajian mata kuliah yang ber sks-sks itu, dialah yang punya referensi lebih dibanding mahasiswa yang selalu pengennya asik-asik, dialah yang punya banyak pengalaman kuliah dan belajar, sebagian malah lulusan S2 luar negeri, dan yang lebih vital, dialah yang menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atas mata kuliah tertentu.

Selama nilai jelek adalah mimpi buruk, maka dosen akan tetep punya power dan karena itu maka berwibawalah dia. Menurut saya, yang saat ini kerja sambil kuliah lagi buat meningkatkan kualitas hidup dan golongan , ada macem-macem tipe dosen.

  1. Ada yang selalu ramah dan cukup humoris sehingga suasana perkuliahan jadi cair, santai dan menyenangkan.
  2. Ada yang bak aristokrat, dan alergi dengan mahasiswa yang ke kampus pake sendal jepit atau berambut gondrong (sayangnya dosen yang begini dalam penilaian saya, sering berpenampilan mirip orang geblek). 
  3. Ada dosen yang killer nan sangar, saking wibawanya sampe suasana kuliah jadi seram seperti dalam rumah nan angker dosen seperti ini pula biasanya menjengkelkan.
  4. Ada yang gak ambil peduli sama mahasiswa, yang penting ngajar dan kewajibanya selesai. 
  5. Ada yang perhatian banget sama mahasiswa sampe pada hal yg sedetil-detilnya. 
  6. Ada pula dosen yang kelewat nyentrik sampe-sampe penampilannya gak jauh beda sama penampilan mahasiswanya ( ada yg gaul juga lho....) 
Kira-kira gitu, macem-macem tipe dosen, dalam kurun 150an sks yang akan saya tempuh sampai kuliah habis. sambil kuliah saya gak pernah sibuk, untuk organisasi atau bikin bisnis maupun pekerjaan.
Dengan kata lain saya kuliah dengan cukup santai, saya punya cukup waktu untuk mengerjakan pekerjaan utama saya sepuasnya atau keluyuran kesana-kemari

Mungkin karena saling santainya itu, saya gak pernah menilai seorang dosen itu baik atau tidak dalam ukuran akademis dan cita-cita ideal pendidikan.
Pokoknya kuliah, kalo masih penasaran sama yang diajarin dosen ya baca buku sendiri, cari di perpus, kalo gak ada di perpus, ya kumpulin duit, beli buku di gramedia, ato sambil nge-net buka situs ini situs itu di Google ….selesai.

Paling-paling saya kesal sama dosen karena
  • Prosedur perbaikan nilai yang berbelit-belit dan acap kali penuh sinisme.
  • Atau dosen yang cara mengajarnya yang gak interaktif, terlalu serius, gak ada lucu-lucunya sehingga bikin ngantuk.
saya merasa kuliah seperti itu bagaikan menonton siaran televisi gak berkualitas di tengah malam.
Selain itu, saya kadang juga kesal dengan dosen yang mensyaratkan hal-hal di luar penguasaan mata kuliah sebagai syarat ikut ujian, misalnya absensi dan pakaian yang harus rapi. Atau dosen yang ‘Semi ghoib’, karena jarang di kampus, susah ditemui, di hubungi via telp gak nyahut2 dan entah beliau ada dimana.

Tapi banyak juga dosen yang membuat saya terkesan karena pengetahuan yang ia uraikan saat mengajar. atau dosen dengan keramahan, kesabaran juga pengertiannya pada aneka macam sifat mahasiswa.
Tapi tetap saja, selama kuliah saya gak punya ukuran jelas, minimal untuk saya sendiri, bagaimana dosen yang ideal itu. Saya enjoy aja.

Nah, sekarang dan kadang-kadang saya diskusi ringan ngobrol-ngobrol sama alumni atau teman semester atas, baru saya me review, begini atau begitu sebenarnya dosen harapan saya. Yang kebanyakan kriterianya sama diantara pendapat kami.

Salah satu kriteria dosen yang kami idam-idamkan adalah:

  • Dosen yang inklusif tidak eksklusif dan memisahkan dirinya dengan mahasiswa karena waham akan superioritasnya. ...
Yah,..... dosen yang ramah lah, ....setidaknya itu. Ini harapan yang penting saya kira, bukan sekedar bentuk kekesalan pada dosen yang maunya di hormati terus tapi selalu meremehkan mahasiswa.

Kami ternyata juga menyukai beberapa dosen berbeda dengan satu ciri yang sama, yaitu seorang penyampai pengetahuan yang juga menghadirkan cakrawala lebih luas dari sekedar bahan kuliah dalam buku atau diktat.

Dosen yang secara tidak langsung memberikan nilai pada pengetahuan bukan hanya sekedar apa yang harus di kuasai agar dapet nilai bagus, melainkan pengetahuan sebagai sesuatu yang harus diraih dan dipahami oleh orang-orang yang mikir dan punya otak.

Dan karena kemampuannya itu kami benar-benar merasa sebagai mahasiswa, datang ke kampus dengan motif jelas…tambahan intelektual apa yang kira-kira akan kami terima hari ini dari perkuliahan si doski…

Yang juga penting bagi kami adalah dosen yang pengertian selama penyusunan skripsi kelak ...
Pengertian disini bukan artinya dosen itu kasih apa saja maunya kami, tapi lebih pada kesedian waktu untuk ditemui, memberikan bimbingan yang cerdas, teliti, benar secara kaidah keilmuan dan juga menghargai skripsi sebagai ‘magnum work‘ mahasiswa, nggak susah dicari, termasuk memberi jalan keluar demi kemudahan kepentingan administratif macam-macam.

Kira-kira gitu, dosen yang ideal bagi saya. Dan jika saja semua dosen selama kuliah seperti kriteria tersebut, maka masa-masa kuliah tentu akan lebih berbinar.

saya ingat cerita om saya ,bahwa ada dua orang teman dekat om saya wkt kuliah kuliah dulu sekarang diterima sebagai dosen di almamater om saya itu.
Sambil bercerita Om saya berharap mereka selalu juga ingat saat-saat menjadi mahasiswa, dan paham seperti apa macam-macam sifat mahasiswa.
Sehingga bisa menempatkan diri sebagai seorang dosen yang ideal.

Jangan karena identitas barunya sebagai dosen lantas berubah menjadi orang lain yang over protect pada status barunya itu, dan lupa dia juga pernah jadi mahasiswa yang punya banyak teman dengan macam-macam maunya.

Om saya harap mereka manjadi dosen inklusif yang membawa kemajuan bagi kampus yg dulu pernah dia jajaki dulu.

Ngomong-ngomong, kalo ada dosen ideal… tentu harus ada juga mahasiswa ideal, nanti kita bahas lagi soal ini.

So, Teman-teman mahasiswa

Mari mulai sekarang mari belajar berpikir kritis dan belajar untuk tetap menghargai dosen.